p Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang apa itu Tune-up dan bagaimana Prosedur mengerjakan Tune-up yang biasa dikerjakan di bengel
Tune-Up
EFI
a.
Uraian
Tune
Up adalah perkerjaan service ringan mesin yang bertujuan untuk mendapatkan
performa mesin yang maxsimal, dan juga menjaga agar mesin tetap dalam keadaan
atau kondisi yang baik dan prima. Karena mesin dioperasikan secara terus
menerus, maka akan memungkinkan terjadinya penurunan performa mesin. Oleh
karena itu agar motor tetap menghasilkan daya kerja yang maksimum seperti dalam
keadaan standart, maka perlu dilakukan tune up motor secara periodik.
Perkerjaan tune up harus dilakukan sesuai prosedur dari pabrik pembuatnya, baik
urtan pengerjaannya, pemerikasaannya, ukuran penyetelannya dan lain-lain. Ini
dimaksudkan untuk efisiensi proses kerja dan supaya hasilnya sesuai standart
yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya.
Sebelum
kegiatan tune up dilakukan lebih baiknya kita memanaskan mesin (menghidupkan
mesin) terlebih dahulu untuk mengidentifikasi keadaan dari mesin itu sendiri,
identifikasi dilakukan misalnya putaran idle terlalu besar ataupun terlalu
kecil, mesin pincang, mbrebet, adannya suara tidak normal pada mesin dan lain
sebagainya.
b.
Langkah
Kerja
Prosedur Pelaksanaan Tune Up
Ada beberapa cara yang perlu
diperhatikan sebelum melaksanakan kerja dibengkel agar hasil dan tujuan praktek
dapat tercapai yaitu :
1) Menyiapkan
peralatan yang akan digunakan untuk service kendaraan.
2) Melepas
salah satu kabel battery untuk menjaga keamanan.
3) Memberi
tanda pada salah satu komponen yang dirasa rumit.
4) Meletakkan
komponen yang dibongkar pada tempat yang aman.
5) Membersihkan
alat serta komponen yang digunakan.
Dalam
pelaksanaan praktek Tune Up yang dilakukan di bengkel, ada beberapa langkah
yang paling sering dilakukan antara lain :
1)
Pemeriksaan Saringan Udara
Gambar 1. Membersihkan Saringan Udara
Pemeriksaan
saringan udara ini dapat dilihat apakah sudah terlalu kotor, rusak, atau basah
karena oli. Jika kotor maka saringan udara perlu dibersihkan dengan
menyemprotkan udara bertekanan yang tidak boleh
melebihi 686 Kpa (7 kg/cm2). Saringan udara yang terlalu
kotor atau sobek perlu diganti. Saringan udara biasanya diganti setiap
kendaraan menempuh jarak 10.000 km dan jika kendaraan sering beroperasi pada
daerah yang berdebu, maka penggantian harus dilakukan lebih cepat atau sebelum
mencapai jarak tempuh 10.000 km.
2)
Pemeriksaan Kondisi Baterai
Pemeriksaan kondisi fisik baterai dapat
dilakukan secara visual dari kemungkinan bocor, retak, dan kondisi
terminal-terminalnya. Apabila terminal baterai kotor atau berkarat maka
terminal tersebut perlu dibersihkan.
Kekencangan baut pengikat kabel pada baterai
dengan terminal baterai juga perlu diperiksa, jika kendor maka perlu
dikencangkan. Setelah itu ukur berat jenis elektrolitnya, jumlah elektrolit
harus berada di upper level, jika kurang maka tambahkan air accu.
Gambar 2. Memeriksa teminal baterai.
3) Pemeriksaan
Kuantitas dan Kualitas Oli Mesin
Kuantitas oli mesin dapat dilihat melalui
stick oli. Jumlah yang tepat berada di titik paling atas stick dan jika oli
berada di titik bawah maka oli mesin harus ditambah atau bila perlu diganti.
Untuk kualitas oli mesin dapat dilihat secara visual dari kekentalan, warna,
ataupun kebersihannya. Jika kekentalannya sudah berkurang atau warnanya sudah
pekat dan terlihat kotor maka sebaiknya oli mesin diganti. Penggantian oli
mesin dilakukan setiap kendaraan menempuh jarak 25.000-30.000 km.
Gambar 3. Memeriksa kualitas oli mesin.
4)
Pemeriksaan Saringan Oli
Penggantian saringan oli biasanya
dilakukan berdasarkan jarak tempuh kendaraan. Pada umumnya saringan oli diganti
setiap kendaraan menempuh jarak 10.000 km. Penggantian saringan oli dilakukan
dengan menggunakan kunci khusus saringan oli. Dalam membuka saringan oli
dilakukan dengan mengendorkan. Kemudian bersihkan tempat saringan oli dengan
oli, agar saringan oli dapat terpasang dengan baik. Sebelum memasang saringan
oli yang baru sebaiknya pada O-ring dioleskan oli mesin.
Gambar 4. Memeriksa saringan oli.
5)
Pemeriksaan Sistem Pendingin
(a) Tutup
Radiator
Tutup radiator berfungsi sebagai pusat saluran air dan ke
tabung cadangan (reservoir). Sistem ini berada pada tekanan tinggi.
Catatan : Jangan membuka tutup radiator selama
suhu mesin panas!
Seperti
komponen yang lainnya, tutup radiator juga perlu dilakuka
pemeriksaan-pemeriksaan. Adapun prosedur pemeriksaannya diantaranya adalah :
(1) Buka
tutup radiator dan pasang ke radiator cup tester.
(2) Berikan
tekanan sebesar 0,9 bar.
(3) Periksa
terhadap penurunan tekanan pada radiator cup tester.
(4) Jika
tekanan turun maka ganti tutup radiator dengan yang baru.
Gambar 5. Memeriksa
kebocoran tutup radiator.
(b)
Pemeriksaan Kebocoran Sistem Pendingin
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
memasang alat penguji radiato cup tester, kemudian berikan tekanan untuk
memeriksa apakah ada kebocoran atau tidak. Tekanan pengujian 2 kg/cm2
(28,45 Kpa). Jika tekanan turun, periksa pada saluran air pendingin, radiator
atau pompa air. Jika tidak ditemukan kebocoran, maka periksa blok silinder dan
kepala silinder.
Gambar 6.
Pemeriksaan kebocoran sistem pendingin.
(c) Tabung
Cadangan (Reservoir Tank)
Recervoir berfungsi sebagai penyimpanan
air tambahan. Pemeriksaan ketinggian coolant dengan prosedur sebagai berikut :
(1) Periksa
apakah ketinggian coolant pada recervoir berada pada batas “MAX” dan “MIN”.
(2) Tambahkan
coolant jika mendekati batas “MIN”.
(3) Dalam
memeriksa kondisi air pendingin pastikan tidak terdapat endapan kotoran atau
karat dalam bagian-bagian sistem pendingin.
Gambar 7. Memeriksa kuantitas air pendingin.
6) Pemeriksaan
dan Penyetelan Tali Kipas
Fungsi dari tali kipas adalah sebagai
penyalur tenaga dari poros engkol ke beberapa perangkat pendukung lainnya,
seperti : kipas pendingin yang termasuk di dalamnya adalah pompa air pendingin,
alternatro, compressor AC dan pompa power steering. Tali kipas ini teridiri dari
2 buah yaitu : tali kipas yang digunakan untuk menggerakan menggerakkan
compressor AC dan pompa power steering. Tali kipas ini pada setiap kegiatan
Tune Up harus diperiksa kondisinya, apakah masih bisa digunakan atau tidak.
Penggantian tali kipas ini menurut rekomendasi pabrik adalah setiap kelipatan
40.000 km. Adapun langkah-langkah cara penggantiannya dapat dilihat dalam
penjelasan berikut :
(a) Tali
kipas penggerak kipas pendingin dan alternator :
(1) Kendorkan
salah satu baut pengikat alternator dengan menggunakan kunci yang tepat.
(2) Goyangkan
alternator sambil mengambil tali kipas yang akan diganti sampai tali kipas
tersebut bisa keluar.
(b) Tali
kipas penggerak compressor AC dan pompa power steering:
(1) Kendorkan
salah satu baut pengikat compressor AC dengan menggunakan kunci yang sesuai.
(2) Goyangkan
compressor AC sambil mengambil tali kipas yang akan diganti sampai tali kipas
tersebut bisa keluar.
(c) Pemasangan
kedua tali kipas tersebut adalah kebalikan saat pembongkaran. Pasanglah tali
kipas penggerak compressor AC terlebih dahulu, sebelum tali kipas penggerak
kipas pendingin. Setelah itu setel kekencangan dari kedua tali kipas tersebut
sesuai denganspesifikasi yang dianjurkan.
Pemeriksaan secara visual dari kemungkinan kotor atau terkena oli,
retak, aus, atau sobek. Jika tali kipas kotor maka perlu dibersihkan, bila
retak, aus, atau sobek maka perlu dilakukan penggantian. Posisi persinggungan
antara tali kipas dan puli juga perlu diperiksa agar tali kipas tidak menyentuh
permukaan dasar puli.
Gambar 8. Pemeriksaan Tali Kipas.
Gambar 9. Celah Tali Kipas.
Penyetelan tali kipas dapat dilakukan
dengan menggerakkan alternator kemudian tekan bagian tengah tali kipas dengan
kekuatan 10 kg. Spesifikasi ketegangan tali kipas 10-15 mm.
Gambar 10. Pemeriksaan
Tegangan Tali Kipas.
7) Penyetelan
Celah Katup
Penyetelan celah katup dilakukan agar saat
pembukaan dan penutupan katup menjadi tepat. Apabila celah katup terlalu sempit
maka saat pembukaan katup terlalu dini dan saat penutupan katup menjadi terlambat
dan sebaliknya apabila penyetelan katup terlalu lebar. Pemeriksaan dan
penyetelan celah katup dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
(a) Melepas
kepala silinder.
(b) Memposisikan
silinder no.1 pada akhir langkah kompresi dengan memutar puli poros engkol
sampai tanda puli segaris dengan huruf “T”.
Gambar 11. Posisi TOP.
(c) Sebelum
menyetel celah katup periksa mur breket poros rocker arm dari kekendoran. Jika
kendor maka kencangkan mur breket poros rocker arm dengan kunci momen (53,9 Nm)
(d) Memeriksa
dan menyetel celah katup silinder no.1 (IN dan EX), silinder no.2 (IN),
silinder no.3 (EX), yaitu dengan menggunakan kunci ring dan obeng. Kemudian
masukkan feeler gauge dengan ukuran 0,20 untuk katup masuk dan 0,30 untuk katup
buang.
Gambar
12. Penyetelan Celah Katup.
(e) Putar
baut penyetel celah katup dengan menggunakan obeng sampai feeler gauge menjadi
seret untuk ditarik. Setelah itu kencangkan mur pengunci.
(f) Kencangkan
mur pengunci.
(g) Putar
kembali puli posor engkol untuk memposisikan pada silinder no.4 pada posisi
akhir langkah kompresi. Tempatkan kembali tanda puli pada puli poros engkol
dengan tanda pada penunjuk TMA.
(h) Lakukan
penyetelan pada katup silinder no.4 (IN dan EX), silinder no.3 (IN), silinder
no.2 (EX).
8) Pemeriksaan
Busi
(a) Membersihkan
busi menggunakan amplas atau sikat kawat atau gerinda kawat bila kodisi busi
kotor atau bekerak.
Gambar 13. Membersihkan Busi.
(b) Menyetel
celah busi setelah busi dibersihkan, dengan cara membengkokkan elektroda
negatif dan mengukur celah busi menggunakan feeler gauge. Celah busi STD : 0,7
- 1,0 mm
Gambar 14. Memnyetel Celah Busi.
SEKIAN SEMOGA BERMANFAAT
DAN
TERIMAKASIH
Mohon dukungannya saya juga baru belajar menulis hehe
BalasHapus